Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi saat ini berimbas pada
mudahnya berkomunikasi sesama manusia di seluruh dunia. Di mana, kapan
dan siapa saja bisa dengan mudah berhubungan langsung dan tidak
langsung.
Pesan tiap orang kini bisa disampaikan secara sangat cepat, bahkan
serentak. Hadirnya dunia maya, yaitu internet dan telepon selular,
sebagai pemicunya.
Marshall McLuhan (1911-1980), pakar ilmu komunikasi, pada 1960-an pernah mengatakan bahwa kelak dunia akan seperti global village. Dunia dianalogikan akan menjadi sebuah desa yang besar, tetapi akan mudah saling berinteraksi dan berkomunikasi.
Kini, konsep McLuhan tersebut telah menjadi kenyataan. Teknologi
komunikasi yang ada sekarang telah menggenapi dunia seolah menjadi
kecil, ciut, spontan, benar-benar layaknya sebuah desa.
Semaunya
Di tengah massifnya pemakaian teknologi sebagai alat komunikasi kita
tentu semakin sering membaca fenomena orang bisa "bicara semaunya" di
dunia maya. Orang bisa bertindak semaunya dengan komentar kasar, caci
maki, menyudutkan, bahkan menyinggung SARA (suku, agama, ras, dan
antargolongan).
Kemudahan berkomunikasi itulah penyebab spontanitas yang keluar
begitu saja tanpa pikir panjang. Dunia maya memang telah menjelma
menjadi sebuah "dunia baru" yang sangat bebas, tanpa sekat, nyaris tanpa
kontrol, dan serba permisif.
Perilaku kurang sopan di dunia maya ini tentu menarik perhatian kita
semua, mengapa kebebasan ini bisa menggeser etika? Era internet membawa
dampak besar dalam tatanan kehidupan bermasyarakat dewasa ini.
Netiket, etiket, etika
Dalam buku Etiket dan Netiket karya Marulina Pane,
dijelaskan makna netiket dan etiket sebagai bentuk sopan santun dalam
pergaulan dan pekerjaan. Memang, zaman kini, netiket dan etiket
sebaiknya dipelajari kembali, walaupun semua orang sudah tahu dan
mengerti makna keduanya. Hanya, sejauh mana hal tersebut telah
dipraktikkan dalam pergaulan yang semakin luas ini?
Ada baiknya kita, terutama yang "aktif" di dunia maya, mempelajari
kembali garis-garis netiket dan etiket yang diharapkan dapat membentuk
kembali sikap saling menghargai sesama pengguna dunia maya lainnya.
Tidak mudah menyakiti, tidak menyinggung perasaan, tidak meremehkan,
tidak merendahkan, tidak membangkitkan kemarahan orang lain, serta tidak
mengungkit kekurangan orang lain dengan sengaja.
Kehadiran internet di era globalisasi ini pada akhirnya melahirkan
netiket (netiquette). Netiket adalah bentuk etika saat berkomunikasi
melalui internet.
Netiket pada dasarnya membentuk tata krama atau sopan santun yang
sebaiknya dilakukan ketika berkomunikasi dengan orang lain agar hubungan
tetap terjaga dengan baik. Dalam hal ini, hadirnya netiket memberikan
batas-batas tertentu yang tidak boleh dilanggar agar tidak terjadi
miskomunikasi.
Perlu diingat, dunia maya menembus berbagai negara dengan mudah.
Artinya, tiap negara dan bangsa memiliki budaya dan istiadat berbeda.
Perbedaan itulah yang harus diwaspadai.
Ya, bisa saja di satu negara hal tertentu dianggap tidak sopan,
tetapi di negara lain dianggap sopan. Dengan dasar-dasar itulah, maka
netiket perlu dipelajari.
Sementara itu, etiket (etiquette) adalah bentuk sopan santun dalam
pergaulan. Hal ini menyangkut segala hal yang sebaiknya dilakukan dan
yang tidak. Etiket seperti ini berlaku pada dunia pergaulan sehari-hari
dan dalam dunia pekerjaan tempat siapa saja mencari nafkah.
Wilayah etiket di antaranya cara memperkenalkan seseorang kepada
orang lain, termasuk cara memperkenalkan diri sendiri kepada orang lain.
Kemudian, cara menjaga sikap sopan santun antara pria dan wanita, baik
sikap maupun arah pembicaraan.
Perlu diketahui, etiket pun mengajarkan kita cara berpakaian yang
pantas baik untuk pria maupun wanita, menjaga sikap tubuh, tekanan
bahasa saat menyapa atau berkenalan, sopan di tempat kerja, sopan ketika
berhadapan dengan pria dan wanita, cara bersantap, menerima telepon
dengan sopan, hingga menghadiri jamuan bergaya fine dining atau banquet, mulai urusan menata meja dengan banyak pisau, sendok, garpu, hingga gelas.
Sikap dan perbuatan dari netiket dan etiket yang dilakukan oleh
komunikan, baik buruk atau bagus akan disoroti oleh yang namanya
"etika". Etika menyoroti norma dari perbuatan itu sendiri. Etika melihat
perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak, mutlak. Jadi, etika menukik
ke dalam lahiriah dan batiniah.
Tentu saja, tidak ada salahnya kita belajar kembali mengenai netiket
dan etiket. Hal ini penting untuk menunjukkan kita sebagai makhluk
normatif, yang masih menjaga batas-batas kesopanan dalam bicara,
bersikap, dan bergaul. Sebab, batas-batas kesopanan itulah yang akan
menilai siapa diri kita sendiri.
Apakah etiket terasa mengikat? Tentu tidak, sebab etiket merupakan
suatu tata cara yang baik (good manners) yang menciptakan kenyamanan
antara kita, sesama manusia, dan lingkungan.
(IRWAN SUHANDA/PENERBIT BUKU KOMPAS)
Maaf...Dunia Maya Bikin Anda Lupa Etika
Written By tpq-rm.blogspot.com on Sabtu, 28 Mei 2016 | 13:07
Label:
Pendidikan,
Sosial Budaya
