Home » » Kegagalan Menjadi Penulis, Sebab Sering Menunda-Nunda.

Kegagalan Menjadi Penulis, Sebab Sering Menunda-Nunda.

Written By tpq-rm.blogspot.com on Kamis, 19 Mei 2016 | 22:21

“Setebal-tebalnya buku jika Anda rutin menyalinnya setiap hari, pasti akan selesai juga. Namun lima kata saja kalau Anda selalu menundanya, maka sampai matipun Anda tidak akan pernah menyelesaikannya.” Ide bisa muncul kapan dan di manapun. 

Seringkali kemunculannya pada saat-saat yang tidak terduga. Kadang saat berjalan santai, tiba-tiba ide muncul, saat hendak tidur, santai di rumah, ibadah di masjid, melihat langit, melihat pepohonan bahkan saat buang air di kamar mandi ide juga bisa muncul begitu saja. Menanggapi kemunculan ide, setiap orang punya cara berbeda-beda dalam menanggapinya. Ada yang mengikatnya dengan segera menulis ide itu. Ada pula yang menunda dengan mengatakan, “Ah nanti saja kalau ada waktu saya akan menulisnya.” Dalam hal tanggap terhadap kemunculan ide, jenis pertama sepertinya hanya beberapa orang saja yang melakukannya. Sementara yang kedua sepertinya adalah umumnya kita, termasuk penulis sendiri. 

Heheh Menunda-nunda erat kaitannya dengan kemalasan. Sementara kemalasan erat kaitannya dengan penyesalan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang suka menunda-nunda akan mengalami yang namanya penyesalan. Kemalasan bisa hinggap pada siapapun. Namun ada orang yang melawan kemalasan itu. Ada pula orang yang memupuk kemalasan, hingga akhirnya setiap aktivitas positif yang akan dilakukan selalu di-PHP dengan kata nanti, nanti dan nanti. Ujung-ujungnya tidak jadi dikerjakan. 

Dalam hal menulis kita sering berubah “bak malaikat” ketika melihat sahabat atau teman kita yang menghasilkan karya atau ketika kita mendapat motivasi menulis dari mereka yang jago nulis.

Semangat kita berkobar begitu luar biasanya. “Aku harus menulis, kalau dia bisa mengapa saya tidak bisa.” Namun entah mengapa, sering kali ketika laptop telah menyala dan berada di depan mata kita, semangat yang begitu membara itu padam begitu saja. Yang muncul justru, adalah kata “nanti, nanti, nanti kalau ada waktu luang tak nulis lagi.” Percayalah selamanya kita tidak akan pernah menghasilkan karya tulis, jika kita terus memupuk  kemalasan dan menunda-nunda. Malas dan menunda-nunda adalah dua sikap yang akan membuat kehidupan seseorang menjadi sengsara dan merana. 

Melawan keduanya begitu berat. Kita mungkin tahu bahwa perbuatan malas dan menunda bisa berakibat buruk ke depannya, namun di saat tertentu kita tidak berdaya untuk melawannya. Untuk itu dalam agama, Nabi Muhammad saw., mengajarkan doa kepada kita agar di waktu pagi saat memulai aktivitas dan sore ketika tubuh kita telah letih, untuk senantiasa membaca doa perlindungan dari kedua sifat itu, malas dan lemah (menunda-nunda). 

Kita tidak hanya gagal untuk menjadi seorang penulis, namun kita juga bisa gagal sebagai manusia, jika membiarkan kedua sifat itu tumbuh subur dalam diri kita. Benarlah apa yang dikatakan oleh ahli hikmah, bila engkau menyia-nyiakan satu detik berarti engkau menyia-nyiakan satu jam. Bila engkau menyia-nyiakan satu jam berarti engkau menyia-nyiakan satu hari. Bila engkau menyia-nyiakan satu hari berarti engkau telah menyia-nyiakan seluruh kehidupanmu. Untuk itu jika Anda masih ingin menjadi seorang penulis, buanglah dua sifat di atas, pun pula jika Anda ingin benar-benar menjadi manusia. Katakan tidak untuk malas dan menunda. Selamat mencoba!!!   
Share this article :
Comments
0 Comments

Posting Komentar
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. TPQ Raudlotul Muhlisin - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger