Home » , , » Beberapa Alasan Maraknya Lambang Palu-Arit

Beberapa Alasan Maraknya Lambang Palu-Arit

Written By tpq-rm.blogspot.com on Kamis, 19 Mei 2016 | 16:58

Lambang palu arit tengah menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah. Bukan tanpa sebab, pasalnya palu arit sangat identik dengan paham komunisme dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Tentu saja ini juga sangat berhubungan dengan sejarah kelam bangsa Indonesia. 

Palu arit di Indonesia memang selalu dikonotasikan dengan Partai Komunis Indonesia dan mendatangkan trauma. Bahkan karena trauma inilah beredar kabar juga bahwa segala macam buku yang membahas tentang komunisme akan disita dan dihentikan peredarannya. 

Bukan hanya itu, baru-baru ini seorang pemuda yang mengenakan kaus bergambar palu arit ditangkap dalam sebuah konser musik. Tidak ketinggalan, dua penjaul kaus band metal dengan gambar menyerupai simbol yang identik dengan PKI juga diamankan. Tentu saja ini mengundang polemik. Banyak pihak menilai bahwa hal ini hanyalah ketakutan semata, phobia berkepanjangan yang tidak mungkin menghidupkan kembali PKI. 

Namun ada juga yang menganggap bahwa PKI bisa saja kembali hadir dengan bentuk lain, seperti dalam bentuk sebuah paham yang beredar di kalangan masyarakat. Pendapat juga muncul dari berbagai kalangan. Kompasianer juga memiliki pendapat tersendiri soal maraknya lambang palu arit ini. Berikut ini adalah 5 ulasan tentang maraknya lambang palu arit di Indonesia. 1. PKI, Komunis Dilarang, Palu Arit Juga! Mengungkap tragedi 1965. lipsus.kompas.com Komunis, PKI dilarang di Indonesia. 

Palu Arit itu lambang PKI ketika masih eksis di Indonesia, mungkin generasi pasca 1965 tak tahu perihal ini? Jika PKI dilarang, tentu segala atribut dan lambangnya juga dilarang beredar, dipublikasikan, disiarkan di seluruh Indonesia. Itulah yang dituliskan Hendi Setiawan dalam artikelnya. Menurutnya, terhitung sebanyak dua kali PKI telah berkhianat. Pertama adalah tahun 1948 di madiun yang memakan korban rakyat jelata dan TNI. 

Dan kedua adalah tragedi berdarah 30 September 1965. Kala itu tidak ada lagi ampun, PKI diberangus sampai habis. Bukan hanya PKI saja tapi juga anak dan keturunannya. Pada tahun 1998 ketika reformasi, siapa saja yang terlibat PKI dibebaskan dan tidak ada lagi diskriminasi politik. Namun meski demikian bukan berarti PKI boleh bangkit lagi. Masih ada ketetapan MPRS dan Undang-undang yang melarang PKI eksis di Indonesia. 

Selain itu faham komunis yang atheis apakah cocok dengan Pancasila? Sejarah juga menunjukkan PKI bukan tipe organisasi yang setia pada NKRI, dua kali memberontak terhadap Pemerintah RI yang sah cukuplah. Pelarangan penyebaran Komunisme dalam segala bentuk, melalui media apapun, harus dilakukan dengan tegas. Dasar hukumnya jelas dan masih berlaku. 

Wajar gambar palu-arit dilarang disebar di bumi Indonesia, bau PKInya kuat. 2. Gambar Palu Arit, Apa Harus Takut? Kaos berilustrasi palu arit yang diamankan. Sumber: halaman Facebook Humas Polda Metro Jaya Gambar palu arit menjadi perbincangan khalayak ramai. 

Pihak keamanan pun telah mengambil tindakan. Tindakan aparat kepolisian menjadi pro-kontra di tengah masyarakat. Sebuah pertanyaan muncul di benak Amirudin Mahmud. Gambar palu-arit dan PKI ibarat hantu yang menakutkan. Pertanyaanya, kenapa gambar palu arit dan kata "PKI" begitu menakutkan bagi kita? Apakah ketakutan itu beralasan? Atau itu hanya ilusi yang diproduksi oleh kekuatan yang pernah berkuasa di negeri ini pada masa lalu? Kemudian bagaimana kita menyikapinya? Menurut hemat Amirudin, terkait PKI kita tidak perlu bersikap reaktif, juga tak harus sensitif. 

Sebab reaktif itu mmencerminkan  sikap terburu-buru. Dan terburu-buru itu sering kali mengantarkan pada satu kesalahan dalam mengambil pilihan atau sikap. Selanjutnya, penegak hukum diminta tak berlebihan dalam menangani kasus-kasus kecil seperti soal kaus band metal yang menyerupai palu arit. Mereka diminta lebih teliti dalam memandang setiap permasalahan terkait hal-hal yang yang bernuansa komunis atau PKI. 

Profesionalisme wajib dikedepankan. Jangan bertindak secara emosional. Penegak hukum kudu bisa memila-mila antara  perbuatan melanggar hukum dan yang tidak. Kalau sekadar membaca buku tentang PKI misalnya apa harus ditangkap? Bisa jadi yang bersangkutan tentang menelaah kelemahan atau kesesatan pikir PKI. Komunis atau PKI memang berbahaya. Tapi kita tak harus takut, tak perlu bersikap berlebihan. 

Komunis harus dilawan. Karenanya, pemahaman yang mencukupi tentangnya dibutuhkan. Tak mungkin, memerangi sesuatu yang tak kita pahami. Mustahil melawan sebuah ideologi tanpa memahaminya terlebih dahulu. 3. Apa yang Bisa Dibanggakan dari Komunis? AUFRIDA WISMI WARASTRI Para korban tragedi 1965 saat beraksi damai di halaman Kantor Gubernur Sumatera Utara, Senin (14/5/2012) Kenapa Indonesia begitu takut dengan hal-hal yang berbau komunisme? 

Para aparat penegak hukum tengah gencar melakukan operasi terhadap atribut-atribut komunis sejak peringatan hari jadi PKI tanggal 9 mei kemarin. Merunut pada artikel yang ditulis Sam, ia menilai segala tindakan yang dilakukan aparat keamanan semata-mata hanya untuk mencegah penyebarluasan paham komunisme. Indonesia bukan phobia terhadap komunis ataupun PKI, namun pemerintah tidak mau jika komunis menjadi masalah besar baru di tengah masalah-masalah yang dihadapi negara dewasa ini. 

Komunisme sudah bangkrut di seluruh dunia. Negara-negara yang mendasarkan dan menganut ideologi komunis ini roboh berantakan. Marxisme dengan segala variannya sudah tidak laku lagi diperdagangkan. 

Di negara-negara demokrasi yang menjujung tinggi supremasi hukum, ideologi ini ditertawakan orang. Namun harus diakui, bahwa perkembangan teori Marxisme beberapa tahun silam bisa dikatakan cepat. Bagi penganutnya, Marxisme tidak hanya dianggap sekedar teori, namun lebih sebagai pandangan hidup dan cita-cita perjuangan. Menurut Sam, sebenarnya komunis tidak perlu ditakuti, namun tetap harus diwaspadai perkembangannya karena bagaimanapun, tidak akan cocok untuk diterapkan di Indonesia. 

Apa yang bisa dibanggakan dengan ideologi ini? Masihkah beberapa pemuda Indonesia yang mungkin saat ini sedang rapat membahas rencana penerapan ideologi komunis di tanah air, tetap memaksakan kehendak dengan melihat dari kacamata sejarah yang pernah terjadi di negara lain? 4.

Phronemophobia Aparat dan Buku Kiri KOMPAS.com/YAMIN ABD HASAN Barang bukti berupa baju kaos dan buku-buku bergambar palu arit yang diamankan aparat, Rabu (11/5/2016) Sebuah kausalitas dari maraknya simbol-simbol Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dinilai aparat merupakan manuver kebangkitan partai terlarang tersebut. 

Namun menurut Satria Zulfikar Rasyid hal ini tidak mengarah pada ketakutan aparat terkait kembalinya suatu ideologi lama yang dinilai ekstrem dan masuk pada tinta kelam sejarah bangsa kita, melainkan sebuah phronemophobia aparat. Jika membaca artikel Nosa Normanda berjudul “Phronemophobia Indonesia”, dalam tulisan tersebut phronemophobia diartikan suatu ketakutan untuk berpikir. Relasi penyakit malas berpikir (phronemophobia) dengan penyitaan buku tersebut sedikit memiliki rantai, aparat justru memperlihatkan budaya takut berpikir, buku kiri sudah dianggap suatu kontra nasionalis yang akan menjadi hama dalam tatanan demokrasi pancasila Indonesia. 

Penilaian terhadap suatu kausalitas hanya terlihat dalam premis “akibat”, yaitu Pemberontakan G30S PKI. Namun, bagaimana ketika kita menjustifikasi aparat mengidap suatu penyakit phronemophobia, jika justru aparat tidak pernah berhasrat untuk berpikir? Bahkan membaca buku kiri saja tidak pernah? Tentu ini adalah justifikasi negatif, yang sifatnya subjektif dan meremehkan. 

Apa yang ditakuti aparat tentunya telah mereka pelajari sehingga ketakutannya tersebut direalisasikan dalam bentuk penyitaan buku-buku kiri. Namun, patut kita bertanya, apakah dalam buku-buku kiri mengajarkan hal negatif? Budaya malas berpikir aparat ingin dijangkiti pada masyarakat. Aparat tidak betul-betul memahami susbstansi nalar yang ada pada buku merah (kiri). Jika ingin mencegah kebangkitan PKI, tentu mata rantai yang diputuskan bukan melalui buku-buku kiri. 

Buku-buku kiri mengajarkan untuk memahami filsafat kiri (materialis, dialektika historis...) yang merupakan eksistensi dari ilmu pengetahuan yang diakui dunia, bukan hanya Indonesia. 5. Negeri Pengidap "Palu Arit Phobia" Akut KOMPAS.com / Andi Hartik Puluhan massa yang tergabung dalam Front Pancasila saat menggelar aksi demonstrasi di depan Gedung DPRD Kota Pasuruan Dalam konteks kebebasan berekspresi, Robbi Gandamana melihat bahwa era reformasi ini sama saja dengan era orde baru. Yaitu adanya ketakutan pada PKI (Palu Arit Phobia). 

Seorang anak muda yang memakai kaus ilustrasi palu arit saja ditangkap dan langsung dihancurkan. Bandingkan dengan negara yang pernah dihinggapi komunis. Rusia menjadikan lambang komunis plus tokohnya sebagai suvenir, gantungan kunci dan sejenisnya. Tapi tunggu dulu, jangan buru-buru menuduh kalau memakai kaos lambang pentagram adalah Anti-Christ atau penyembah setan, memakai kaos Che Guevara pasti menganut paham Marxisme (cikal bakal komunisme), makai kaos gambar 'palu arit' pasti kader PKI. 

Sebenarnya mereka yang membuat kaus itu hanya mengambil kulitnya saja. Hanya sekadar untuk gaya, keren dan lucu-lucuan belaka. SUatu yang jamak yang terjadi saat kita menginjak usia 17 - 25 tahun. stigma yang beredar di masyarakat bahwa komunis itu ateis, membuat mereka semakin benci komunis, terutama kaum kolot. 

Jika Anda adalah salah satu yang meyakini bahwa komunis itu pasti atheis, maka Anda adalah orang yang termakan propaganda orde baru.   Orba begitu spartan melakukan propaganda, doktrin akan bahaya laten komunisme (PKI). Sehingga begitu kuat tertanam di otak paling pojok rakyat Indonesia. Bagi Robbi komunis bukanlah masalah, selama hanya menjadi ideologi pribadi. Karena sebenarnya komunisme datang untuk menolak kapitalisme. Peduli pada nasib kaum proletar yang dieksploitir kaum kapitalis untuk keuntungan pribadi. 
Share this article :
Comments
0 Comments

Posting Komentar
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. TPQ Raudlotul Muhlisin - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger