Perjalanan partai berlambang beringin ini telah banyak berkonstribusi terhadap negeri ini, dan telah banyak melahirkan para tokoh politik dan para tokoh negarawan. Konflik di tubuh partai ini seringkali terjadi dalam setiap periode kepemimpinan. di Era reformasi, Pertarungan antara ARB dan Surya Paloh menuju Golkar 1, merupakan dinamika politik yang kemudian melahirkan partai baru bernama NasDem di bawah kepemimpinan Surya Paloh, pasca Golkar 1 berada di tangan ARB.
Dalam perjalanannya perebutan kursi Golkar 1 antara Agung Laksono (AL) dan Abu Rizal Bakri (ARB), telah menjadikan Golkar berselisih dengan melakukan Monas di tempat berbeda. Kubu AL melaksanakan Munas di Ancol, dan kubu ARB melaksanakan munas di Bali, namun dalam perjalanannya keduanya mampu islah dan bersama-sama untuk terus membesarkan partai berlambang beringin ini untuk mengawal proses demokrasi, dan mengantarkan kader-kadernya menuju kursi kekuasaan.
Proses pemilihan ketua umum partai Golkar dalam munaslub yang dilaksanakan di Bali ini, sungguh cukup alot, dimana calon ketua umum Setya Novanto dan Ade Komarudin keduanya mendapat dukungan terbanyak, mencapai 30 %, Setya Novanto mendapatkan suaru terbanyak pertama yakni sampai 277 suara dan Ade Komarudin mendapat suara 273 suara.
Jika mengikuti aturan main, mestinya sudah masuk pada tahap kedua, pemiihan ketua umum, namun Ade Komarudin menyerahkan tampuk ketua Umum kepada Setya Novanto, dan ia pun memilih untuk memundurkan diri, sehingga pada tanggal 17 Mei 2016, Setya Novanto resmi terpilih menjadi ketua umum partai golkar, dan SetNov panggilan akrabnya yang di beri amanah untuk membawa Golkar menjadi partai yang lebih baik kedepannya.